
Jakarta, SMN – Indonesia bersiap menyelenggarakan pagelaran angklung terbesar di dunia, pada Sabtu (5/8), di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Perhelatan akbar ini ditargetkan akan memecahkan Guinness World Records (GWR).
Kegiatan ini diinisiasi oleh Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM) dan melibatkan 15. 240 pemain angklung dari berbagai kalangan. Mulai dari anggota OASE KIM, murid sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah kedinasan, perwakilan kementerian/lembaga, hingga para ibu dharma wanita persatuan dan tim penggerak PKK.
Ketua Bidang 1 OASE KIM yang merupakan Wakil Ketua Panitia, Franka Makarim, menjelaskan bahwa pagelaran ini adalah salah satu bentuk nyata yang dilakukan Indonesia untuk membangkitkan semangat pelestarian angklung yang sudah diakui UNESCO sejak tahun 2010.
Menurut Franka, pengakuan tersebut bukanlah tujuan akhir, namun bagaimana budaya ini tetap tumbuh, hidup, dan bermanfaat bagi masyarakat.
Dikatakannya nilai-nilai baik tentang pentingnya kolaborasi untuk mewujudkan harmoni yang dapat dipelajari dari angklung ini, perlu diteruskan ke generasi yang lebih muda.
“Melalui pagelaran ini diharapkan kecintaan generasi muda terhadap angklung dapat terpantik kembali karena tugas kita sebagai bangsa Indonesia yang kaya akan kebudayaan untuk menghidupi budaya itu,” imbuh Franka saat dimintai keterangannya di Jakarta, pada Jumat (4/8).
Sementara itu, Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Ahmad Mahendra menuturkan, persiapan dalam upaya pemecahan rekor GWR ini telah dilakukan sejak Oktober tahun lalu dan Kemendikbudristek mendukung sejak awal persiapan ini dengan memfasilitasi 20.060 unit angklung.
Di samping itu, Kemendikbudristek juga merancang konsep pelatihan setiap kelompok peserta angklung hingga siap untuk memecahkan rekor dunia GWR. Dalam hal ini Kemendikbudristek mendapuk komunitas Saung Angklung Udjo (SAU) sebagai mitra.
“Sejak November 2022 kami secara intensif berkomunikasi dengan OASE KIM dan SAU untuk persiapan acara ini. Kemendikbudristek mendukung mulai dari pengadaan angklung, distribusi, aransemen lagu, hingga memastikan kelancaran pelaksanaan latihan untuk setiap peserta,” tutur Mahendra.
Mahendra menambahkan bahwa setiap kelompok peserta telah melewati dua kali latihan gabungan bersama SAU dan 6-8 kali latihan mandiri bersama pelatih yang ditugaskan oleh Kemendikbudristek.
Sebanyak 182 orang pelatih yang berasal dari guru seni musik dan komunitas angklung dilibatkan. Sebelum melatih di masing-masing kelompok, mereka mendapat pembekalan terlebih dahulu dari SAU.
“Memainkan angklung membutuhkan kolaborasi berbagai nada angklung hingga terbentuk satu harmoni musik yang merdu. Angklung juga mengajarkan kesabaran dan kedisiplinan, pemain angklung harus sabar dan disiplin menunggu giliran dan membunyikan angklung hanya saat bagian nada angklung yang dipegang,” jelas humas SAU, Robby Murfi.
Kata Robby, Angklung merupakan salah satu alat musik tradisional kebanggaan Indonesia dan diharapkan upaya untuk memperkenalkan dan melestarikan angklung ke generasi penerus, menjadi suatu kegiatan rutin, hadir di dalam berbagai ruang dan kesempatan. Dengan begitu, maka serta secara tidak langsung hal ini akan memberi dampak positif bagi keberlangsungan ekosistem angklung, urainya.
“Kegiatan ini adalah momentum keberlangsungan ekosistem angklung pascapandemi karena dalam proses persiapannya yang didukung oleh Kemendikbusristek melibatkan berbagai pihak, mulai dari petani bambu, perajin angklung, dan tentunya para pelatih dan musisi angklung dari berbagai komunitas,” kata Robby. (lian)